Minggu, 01 November 2015

Tidak ada lagi alasan


"Tidak ada lagi alibi, tidak ada lagi alasan. Mulai dari awal bulan yang baru ini, tak ada lagi yang bisa kau salahkan, dim"

16-hours-of-working-almsost-everyday since a year ago, honestly, had been killing me. Started in the morning, finished in midnight. Almost no weekend. Working hours everyday has ruined my normal-life, literally. Tapi sekarang, alhamdulillah sudah berubah. Jam kerja berkurang (kembali normal), namun amanah dan tanggung jawab bertambah. Semoga amanah ini bisa dijalankan dengan sebaik mungkin dan semua kembali berjalan normal. Aamin.


Big Hope. Less Effort.




Alhamdulillah dalam dua hari ini setiap pagi turun hujan. Hujan dengan intensitas sedang, dalam durasi yang cukup panjang. Yang kerennya, hujan perlahan mereda ketika mulai memasuki jam-jam pergi ke kantor. Semoga aja pagi ini hujannya gak ngambek karena diceritain. 

Bicara soal hujan, ada lagi satu hal yang keren. Jadi ketika baca artinya tadi subuh, ternyata salah-satu-proses terbentuknya kehidupan di bumi ini sudah dijelaskan sejak-dahulu-kala di dalam Al-Qur’an. Disebutkan di dalamnya:

“Dan Allah menurunkan air (hujan) dari langit dan dengan air itu dihidupkan-Nya bumi yang tadinya sudah mati”

Apa yang dijelaskan di sana, sama persis dengan apa yang saya ketahui sebelumnya melalui buku ilmu pengetahuan (jadul) dan salah satu program televisi. Kedua informasi tersebut lahir setelah diadakan bermacam-macam penelitian oleh bermacam-macam peneliti, sedangkan Al-Qur’an? Jauh sebelum (bahkan) kata “penelitian” itu sendiri ditemukan. Keren.

Medan, atau bahkan Sumatera bagian utara, atau lebih luas lagi bahkan Indonesia, saat ini benar-benar sedang membutuhkan hujan. Turunnya hujan sangat diharapkan agar kabut asap yang telah (tidak bisa lagi diungkapkan dengan kata-kata), dapat terjernihkan dengan air hujan dan kebakaran-kebakaran hutan yang masih sedang terjadi tidak meluas. Bencana kabut asap ini merupakan bencana yang benar-benar menjadi ujian bagi pemerintah, khsusnya Bapak Presiden yang baru (setahun). Serangannya tidak hanya di satu kampung, satu daerah, atau bahkan satu provinsi, tapi sudah di beberapa pulau dengan berjuta populasi di dalamnya. Ironisnya, pelaku utama hanya segelintir orang saja, tapi efeknya begitu luar biasa. Kecewa sebenarnya ketika masalah yang begitu massive seperti ini tidak menjadi perhatian utama. Menurut saya, tak seharusnya beliau mengadakan kunjungan (walaupun saya tahu sudah dijadwalkan sejak lama dan sulit untuk dibatalkan) ketika bencana kabut asap ini masih terjadi. Benahi dengan bergotong-royong dan berbagai cara, tangkap pelakunya, dan berikan hukuman mati!  Cukup ekstrem memang, tapi lihat akibatnya. Pembunuhan massal secara tidak langsung, meruntuhkan kegiatan perekonomian secara perlahan dan merusak citra Negara. Terlebih beberapa pelaku yang sudah tertangkap adalah Warga Negara Asing yang sudah pasti tidak peduli atau “mampus situ” dengan efek yang diberikan. Memang sebenarnya sudah ada peraturan hukum akan sanksi bagi pelaku, tapi hukuman mati itu pantas!

 28 Oktober 2015
 pada saat jam biologis mulai kembali normal


 
Design by Muhammad Dimas Rahman Affandi | Bloggerized by campredodellaconcetta - samid namhar - @midsamid | Lampung-Jogjakarta-Indonesia